Ust. Idrus Romli adalah salah satu tokoh Indonesia yang beberapa tahun ini banyak diperbincangkan didunia maya maupun dunia nyata. kepiawaian beliau mematahkan argumentasi lawan -baik dari kalangan Wahabi, HTI maupun lainnya- dalam forum-forum debat ilmiyah sudah tidak diragukan lagi. Tokoh yang merupakan salah satu Dewan Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur ini telah menulis beberapa karya yang mengagumkan. Salah satu buku yang pernah dibeliau tulis berjudul “MADZHAB AL-ASY’ARI Benarkah Ahlus Sunnah”. buku ini beliau tulis sebagai jawaban terhadap kelompok Salafi yang mengklaim bahwa madzhab al-As’ariy bukanlah ahlus sunnah wal Jamaah. Dalam buku ini beliau menjalaskan secara detail bagaimana pemikiran-pemikiran madzhab As’ariy dalam lengkap dengan tokoh-tokohnya.
Salah satu tokoh dari kalangan Ahli Hadits yang diklaim oleh beliau sebagai penganut al-Asy’ariy adalah al-Hafidz Ahmad al-Ghumari sebagaimana yang tertulis dalam buku beliau yang berjudul MADZHAB AL-ASY’ARI Benarkah Ahlus Sunnah, hal. 166. Tokoh yang bernama lengkap al-Imam al-Sayyid Abu Faidh Ahmad bin Muhammad bin al-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani al-Idrisiy yang diakui sebagai hafidz terakhir pada abad modern ini dimasukkan oleh beliau sebagai ahli hadits yang berhaluan al-As’ariy. Tulisan Ust. Idrus Romli yang memasukkan Shiddiq al-Ghumari dalam daftar ulama As’ariy sedikit menggangu fikiran kami. pasalnya, dalam beberapa karya yang ditulis oleh al-Ghummari, beliau secara terang-terangan ‘mencela’ kelompok As’ariy yang melakukan ta’wil terhadap ayat-ayat sifat (ayat al-sifat).
Tulisan-tulisan al-Gumariy yang mengkritik (mencela) kelompok al-As’ariy banyak tersebar dalam beberapa karya, salah satunya sebagai berikut:
واقول ايضا ما الذي جعل تأويل ايات المعية بأولى من تأويل ايات الجهة والعلو ... ولكنهم سكتوا كما ذكرت لك ، ولا [.......] من هذا أني موافق للأشعرية على بدعتهم , كلا وبلا ومعاذ الله من ذلك وأن أكذب على الله كذب الأشاعرة أفرخ المعتزلة لا مسهم الله بخير وان سموا أنفسهم زوراً وبهتاناً أنهم من أهل السنة والجماعة .جؤنة العطار في طرف الفوائد ونوادر الأخبار ص 37
Artinya: saya katakana pula, apa yang menjadikan menta’wil ayat ma’iyyah (ayat yang menjelaskan Alloh bersama kita dimanapun dan kapanpun kita berada, pent) lebih diprioritaskan dibangdingkan dengan menta’wil ayat jihah (arah) dan uluw (luhur). Akan tetapi mereka berdiam diri [tidak menta’wil] sebagaimana yang saya katakana padamu. Dari pernyataan saya ini, tidak [bisa dipahami] bahwa saya sepakat dengan Asy’ariyyah atas kebid’ahan mereka. Tidak, tidak sama sekali, Aku berlindung kepada Alloh atas hal tersebut dan [aku berlindung dari] membuat kebohongan atas nama Alloh. Ulama Asy’ariyyah adalah bibit-bibit Mu’taziah, Alloh tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Sekalipun dengan penuh kebohongan dan kedustaan, mereka menyebut diri mereka sebagai bagian dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah. (Ju’nah al-‘Atthor: 37)
Bahkan secara terang-terangan Ahmad bin Shiddiq al-Ghumari menyatakan bahwa aqidah As’ariyyah mengenai sifat-sifat dan pengesaan terhadap Alloh bertentangan dengan ajaran Alloh dan seluruh rosulNya. Kelompok Asy’ariy diklaim oleh beliau sebagai bagian dari ke 72 golongan yang masuk neraka sebagaimana terekam dalam al-Jawab al-Mufid sebagai berikut:
Bahkan secara terang-terangan Ahmad bin Shiddiq al-Ghumari menyatakan bahwa aqidah As’ariyyah mengenai sifat-sifat dan pengesaan terhadap Alloh bertentangan dengan ajaran Alloh dan seluruh rosulNya. Kelompok Asy’ariy diklaim oleh beliau sebagai bagian dari ke 72 golongan yang masuk neraka sebagaimana terekam dalam al-Jawab al-Mufid sebagai berikut:
اما عقيدة الاشعرية ولا سيما المتأخرين منهم فخلاف مجرد لما جاء عن الله ورسوله بل وسائر رسله في توحيد الله تعالى وصفاته وهم من الفرق الاثنين والسبعين بلا شك وان سموا انفسهم اهل السنة والجماعة ظلما وزورا وبهتانا وادعوا ان مذهب السلف اسلم ومذهبهم اعلم وفى الحقيقة هو افسد واظلم واجهل. (الجواب المفيد للسائل المستفيد ص 11)
Artinya: adapun aqidah ulama As’ariyyah utamanya yang generasi terakhir, berbeda sekali dengan ajaran Alloh, Rosulnya (nabi Muhammad), bahkan seluruh utusanNya dalam hal peng-esa-an Alloh dan sifat-sifatnya. Tidak diragukan lagi, mereka bagian dari 72 [yang masuk neraka], sekalipun mereka mereka secara dholim, dusta serta bohong menyebut dirinya sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah. Mereka mengklaim bahwa pendapat ulama salaf lebih selamat sedangkan pendapat mereka lebih tepat. Pada hakikatnya, pendapat mereka lebih rusak, lebih dzolim serta lebih bodoh [dibanding pendapat salaf]. (al-Jawab al-Mufid li al-Sa’ili al-Mustafid: 13)
Tidak cukup disini, beliau bahkan memberikan lebel bodoh, otaknya eror bahkan kafir kepada kelompok Asy’ariy karna mereka telah melakukan ta’wil, hal ini sebagaimana dikutip oleh Dr. Shodiq bin Salim bin Shodiq dalam Dzam al-Asyairoh wa al-Mutakallimin wa al-Falasifah sebagai berikut:
Tidak cukup disini, beliau bahkan memberikan lebel bodoh, otaknya eror bahkan kafir kepada kelompok Asy’ariy karna mereka telah melakukan ta’wil, hal ini sebagaimana dikutip oleh Dr. Shodiq bin Salim bin Shodiq dalam Dzam al-Asyairoh wa al-Mutakallimin wa al-Falasifah sebagai berikut:
قال الغماري فى تفسير قوله تعالي ﴿ فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا ﴾ (البقرة:137) ما نصه: "وعند هذه الاية يتوقف المقلدة, ونسألهم: هل كان اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم مهتدين بايمانهم –كما وصفهم الله تعالى- او لا؟ فان قالوا: لا, كفروا وعوملوا معاملة الكفار اعني المرتدين لانهم (.....) اثنى الله عليهم فى غير ما اية من كتابه ورضي عنهم. وان قالوا نعم, سألناهم: هل امنوا بما انزل الله على رسوله كما انزل وفوضوا علمه الى الله والى رسوله وقدموا نصوص الموحي به اليه على الاراء وحكموها عند تنازعهم ام اولوا واتبعوا طريقة المؤولين بذلك كالاشعري ونحوه وقدموا الاراء على النصوص ولم يتحاكموا اليها فى التنازع؟ فان قالوا: اولوا واتبعوا طريقة الاشعري وغيره من المؤولين سقط معهم الكلام. وان قالوا: لم يؤولوا, قلنا: فكيف ساغ لكم مخالفة من شهد الله بانهم مهتدون وشهد بالاقتداء لمن آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنُوا بِهِ واتبعتم غير طريقهم فى الايمان والعمل وقد قال تعالى ﴿ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّم ﴾ (النساء:115) وليتكم اقتصرتم على ذلك! بل جعلتم المؤمنين بمثل ما امنوا به –الذي اخبر الله بانه مهتد- ضالا مبتدعا فهل يكون فوق ضلالهم هذ ضلال وفوق سفههم هذا واختلال عقولهم سفه واختلال وفوق كفرهم هذا كفر: فلا انتم امنتم بمثل ما امنوا به فتكونوا مهتدين. (ذم الاشاعرة والمتكلمين والفلاسفة ص 64)
Artinya: pada ayat ini, terhentilah orang yang ikut-ikutan. Saya bertanya kepada mereka: “apakah para sahabat Nabi adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk akan keimanan mereka sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an, ataukah tidak?”. Apabila mereka menjawab ‘tidak’, maka mereka telah kafir dan diperlakukan sebagai orang kafir, yakni orang-orang yang keluar dari agama islam. Sebab mereka (…..) telah dipuji dan diridloi oleh Alloh dalam banyak banyak ayat al-Qur’an. Apabila mereka menjawab ‘iya’, saya akan bertanya kepada mereka; “apakah para sahabat berimanan kepada ayat yang Alloh turunkan kepada RosulNya sebagaimana ayat itu diturunkan, dan menyerahkan pengetahuan tetantang ayat tersebut kepada Alloh dan RosulNya serta memprioritaskan ayat yang telah diwahyukan dibandingkan dengan akal mereka tatkala terjadi pertentangan [antara ayat dan akal, pent], ataukah mereka meta’wil dan mengikuti metode para pentakwil, seperti Asy’ariy dan lainnya yang lebih memprioritaskan akal dari pada nash tatkala terjadi pertentangan?”. Jika mereka mengatakan; ‘para sahabat menta’wil dan mengikuti metode Asy’ariy dan para pentakwil lainnya’, maka kami tidak akan melanjutkan perkataan kepada mereka. Namun, jika mereka mengatakan; ‘tidak menta’wil’, maka kami katakana pada mereka; “bagaimana mungkin kalian memperbolehkan diri kalian berbeda dengan orang-orang yang diakui oleh Alloh sebagai orang-orang yang mendapat hidayah, serta dikui sebagai orang yang mendapat petunjuk bagi orang-orang yang beriman sebagaimana para sahabat beriman namun kalian mengikuti selain jalan mereka dalam hal iman dan tindakan. Bukankah Alloh telah berfirman: “mereka yang mengikuti jalan selain jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu Kami memasukkan mereka kedalam neraka Jahanam”. Dan kalian tidak cukup itu saja! Bahkan kalian menjadikan orang-orang yang beriman sebagaimana berimannya para sahabat atas sebuah ayat -yang diinformasikan oleh Alloh sebagai orang yang mendapat petunjuk- sebagai orang yang sesat dan ahli bid’ah. Apakah ada kesesatan lain diatas kesesatan ini? Dan adakah kebodohan dan terganggunya otak melebihi kebodohan dan terganggunya otak mereka? serta, adakah kekafiran melebihi kekafiran mereka? Andaikan kalian beriman sebagaimana berimannya para sahabat atas sebuah ayat, maka kalian termasuk orang-orang yang mendapat hidayah. (Dzam al-Asyairoh wa al-Mutakallimin wa al-Falasifah: 64)
Beliau juga menyatakan bahwa kelompok Asy’ariy merupakan ahli bid’ah karna telah melakukan ta’wil.
Beliau juga menyatakan bahwa kelompok Asy’ariy merupakan ahli bid’ah karna telah melakukan ta’wil.
الذين فى قلوبهم زيغ هم المبتدعة من المعتزلة والجهمية والاشعرية ونحوهم. (ذم الاشاعرة والمتكلمين والفلاسفة ص 65)
Artinya: orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyimpangan adalah para ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Jahamiyyah, Asy’ariyyah dan lain-lain”. (Dzam al-Asyairoh wa al-Mutakallimin wa al-Falasifah: 65)
Bahkan beliau secara terang-terangan menyatakan; ‘orang-orang yang mengklaim bahwa Asy’ariy meruapakn bagian dari Ahlus Sunnah wa Jamaah berstatus dan menyandang gelar kafir’. Hal ini dinyatakan oleh beliau sebagai berikut:
Bahkan beliau secara terang-terangan menyatakan; ‘orang-orang yang mengklaim bahwa Asy’ariy meruapakn bagian dari Ahlus Sunnah wa Jamaah berstatus dan menyandang gelar kafir’. Hal ini dinyatakan oleh beliau sebagai berikut:
والاية صريحة فى ان الاشعرية مبتدعة زائغون ومن زعم انهم اهل السنة والجماعة فهو كافر مكذب بخبر الله تعالى بانهم زائغون مفتونون. (ذم الاشاعرة والمتكلمين والفلاسفة ص 65)
Artinya: Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa Asy’ariyyah adalah ahli bid’ah serta orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyimpangan. Orang yang mengklaim bahwa Asy’ariyyah adalah Ahli Sunnah, maka dia telah kafir dan tidak mempercayai informasi Alloh bahwa mereka adalah orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyimpangan dan difitnah. (Dzam al-Asyairoh wa al-Mutakallimin wa al-Falasifah: 64)
Dari paparan diatas, jelaslah, bahwa Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari bukanlah tokoh Asy’ariy. Bahkan beliau secara terang-terangan menyatakan bahwa kelompok Asy’ariyyah adalah orang-orang dungu yang eror otaknya serta bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah. Jika ada orang menyatakan bahwa kelompok Asy’ariyyah sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka dia telah kafir.
Penjelasan demi penjelasan diatas kiranya sudah cukup untuk membantah klaim Ust. Idrus Romli yang memasukkan Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari dalam daftar ulama Asy’ariy.
Dari paparan diatas, jelaslah, bahwa Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari bukanlah tokoh Asy’ariy. Bahkan beliau secara terang-terangan menyatakan bahwa kelompok Asy’ariyyah adalah orang-orang dungu yang eror otaknya serta bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah. Jika ada orang menyatakan bahwa kelompok Asy’ariyyah sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka dia telah kafir.
Penjelasan demi penjelasan diatas kiranya sudah cukup untuk membantah klaim Ust. Idrus Romli yang memasukkan Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari dalam daftar ulama Asy’ariy.
0 Komentar untuk "KRITIK UST. IDRUS RAMLI TERKAIT AHMAD BIN SHIDDIQ AL-GHUMMARI YANG DI KLAIM SEBAGAI SEORANG TOKOH AS’ARIY"