Peristiwa turunnya Adam dan Hawa dari surga merupakan hal yang menarik untuk dikaji, bukan hanya dalam khazanah Islam, tetapi juga agama samawi lainnya, seperti Yahudi dan Kristen. Salah satu hal yang menarik untuk dikaji adalah “buah terlarang” (Syajaroh Al-Khuldi) yang menjadikan Adam dan hawa diturunkan kedunia.
Hal ini penting untuk dikaji. sebab, selain untuk menambah wawasan, juga untuk meluruskan kesalah-pemahaman yang slama ini sudah mengakar terlalu kuat dalam fikiran masyarakat kita.
Buah Khuldi Hanyalah Mitos
Dalam sebuah diskusi kecil dengan beberapa teman, saya pernah memberikan pernyataan bahwa “buah khuldi itu tidak ada”. Sesaat setelah mendengar pernyataan saya, mereka mengernyitkan dahi sebagai refleksi tubuh atas ketidak setujuan atau adanya tanda tanya dalam fikiran mereka. Saya melanjutkan “anda boleh saja tidak setuju dan bahkan membantah pernyataan saya, namun sebelumnya saya akan memberikan beberapa argumen untuk memperkuat pandangan saya”.
Digambarakan dalam al-Qur’an, bahwa pada saat nabi Adam dan Hawa berada berada didalam surga, Alloh memberikan izin kepada keduanya untuk memakan segala makanan yang mereka inginkan yang ada didalamnya. Namun ada satu buah yang dilarang oleh Alloh untuk dimakan. bukan hanya dimakan, mendekatinyapun mereka tidak diperkenankan. Alloh berfirman:
وَيَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (19)
Artinya: hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah (makanan-makanan) dimana saja yang kamu sukai, dan jangan kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang dholim. (QS. Al-A’rof: 19)
وَقُلْنَا يَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35)
Artinya: Dan kami firmankan: “hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan jangan kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang dholim. (QS. Al-Baqoroh: 35)
Didalam al-Qur’an tidak ada penjelasan detail buah apakah yang dilarang oleh Alloh untuk didekati, Alloh hanya berfirman dalam al-Qur’an bahwa Dia melarang mendekati pohon ini (وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ) tanpa menyebutkan nama buahnya secara spesifik.
Kalau kita lacak dalam al-Qur’an ternyata kata الْخُلْدِ yang menjadi pembahasan kita kali ini tidaklah berasal dari Alloh SWT. kata الْخُلْدِ baru dimuculkan oleh syetan pada saat menggoda nabi Adam agar mau mendekati bahkan memakan buah terlarang. Dalam sebuah ayat digambarkan:
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120)
Artinya: Kemudian Syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata: hai Adam, maukah kamu saya tunjukkan pohon kekekalan (Khuldi) dan kerajaan yang tidak pernah sirna (QS. Toha: 120)
Sekalipun istilah الْخُلْدِ muncul dalam al-Qur’an. Namun, tidak bisa serta merta kita pahami bahwa الْخُلْدِ merupakan “nama buah”, sebab kata الْخُلْدِ juga muncul dalam ayat yang lain namun dengan shighot yang berbeda. Dalam sebuah ayat dijelaskan
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20)
Artinya: Kemudian Syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “tidaklah Tuhanmu melarangmu untuk mendekati pohon ini melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau menjadi orang-orang yang kekal didalamnya. (QS. Al-A’rof: 20)
Kata الْخَالِدِينَ dalam ayat ini merupakan derifat dari kata الْخُلْدِ dari ayat sebelumnya yang memiliki arti ‘kekal’. Hanya saja kata الْخَالِدِينَ shighotnya isim fa’il, sedangkan kata الْخُلْدِ shighotnya mashdar. Dari sini jelaslah sudah bahwa شَجَرَةِ الْخُلْدِ memiliki arti “pohon kekalan”, dimana menurut syetan -pada saat membujuk Nabi Adam dan Hawa-, orang yang makan buahnya akan menjadi bagian dari malaikat atau berada dalam surga dalam waktu yang lama.
Jadi jelaslah bahwa الْخُلْدِ bukanlah “nama buah”, melainkan sebuah kalimat yang memiliki arti “kekal”. Sehingga tidak benar apabila kata الْخُلْدِ diklaim sebagai “nama buah” sebagaimana keyakinan yang slama ini melekat dalam fikiran masyarakat pada umumnya.
Buah Terlarang
Setelah mendengar memberikan penjelasan diatas, saya melanjutkan. Mungkin dalam diri kalian akan bertanya-tanya: “kalau memang kata الْخُلْدِ bukanlah “nama buah”, melainkan sebuah kalimat yang memiliki arti “kekal”, lantas buah apakah yang dilarang oleh Alloh untuk dimakan kepada nabi Adam dan Hawa?”
Sebagai mana yang saya sebutkan dimuka, bahwa Alloh tidak pernah memberikan penjelasan detail tentang pohon ini, Alloh hanya menjelaskan pelarangan kepada nabi Adam dan Hawa untuk mendekati pohon tersebut. Sekalipun didalam al-Qur’an tidak pernah dijumpai penjelasan tegas tentang pohon ini, dari beberapa ulama dan para sahabat telah memberikan penafsiran tentangnya, setidaknya ada tiga penafsiran:
1. Menurut Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jabir pohon kekekalan tersebut adalah buah Anggur, oleh karnanya kita dilarang untuk meminum khomr, sebab khomr berasal dari fragmentasi anggur
2. Menurut Qotadah, Abu Malik dan Ibnu Abbas dalam riwayat lain pohon kekekalan tersebut adalah Gandum
3. Menurut Ibnu Juraij mengutip dari sebagian sahabat bahwa pohon kekekalan tersebut adalah buah Delima
Sekalipun sudah ada beberapa penafsiran tentang pohon kekekalan tersebut, kita tidak bisa memastikan pohon apa sebenarnya yang dilarang oleh Alloh, sebab selain memang tidak ada penjelasan detail dalam al-Qur’an, dalam Haditspun yang salah satu fungsinya sebagai penjelas al-Qur’an ,juga tidak dijumpai keterangan mengenai hal ini.
Turunnya nabi Adam dan Hawa dari Surga
Setelah saya selesai menjelaskan, sebagian teman saya nyeletuk, andai saja nabi Adam dan siti Hawa dulu tidak memakan (mencicipi) buah itu, pastilah kita sekarang lagi disurga
Saya menjawab, kamu melakukan kesalahan lagi. Nabi Adam dan Hawa turun kebumi pada hakikatnya bukanlah karna mereka memakan (mencicipi) buah terlarang. Memakan (mencicipi)nya atau tidak mereka akan tetap akan diturunkan kebumi, sebab sebelum nabi Adam diciptakan, Alloh memberitahu kepada malaikat bahwa Dia akan membuat kholifah dibumi
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendaka menjadikan seorang kholifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “apakah Engkau hendakan menjadikan (kholifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal senantiasa kami bertasbih, memuji dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqoroh: 30)
Nabi Adam diciptakan oleh Alloh memang untuk menempati bumi, andai saja mereka tidak memakan (mencicipi) buah tersebut, mereka tetap akan diturunkan. Perjalanan hidup nabi Adam mulai dari berada disurga, diganggu setan, memakan (mencicipi) buah terlarang hingga turun kebumi merupakan “sekenario takdir” dari Alloh SWT.
Alloh ingin menjadikan cerita tentang nabi Adam sebagai bahan renungan (Ibroh) bagi kita semua (QS. Yusuf: 111). Beberapa Ibroh yang bisa kita ambil dari cerita tersebut adalah. 1). Larangan bagi kita untuk melarangar semua apa yang telah dilarang oleh Alloh SWT. 2). Kita dilarang untuk mengikuti hawa nafsu untuk melakukan keburukan yang merupakan manifestasi dari bisikan buruk setan kepada kita, sebab setan adalah musuh yang nyata (QS. Al-A’rof: 22). 3). Sebagai manusia yang tidak maksum, tentulah kita memiliki banyak kesalahan kepada Alloh. Pada saat kita memiliki kesalahan maka kewajiban kita adalah memohon ampunan dan kasih sayang dariNya secara terus menerus sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Adam dan siti Hawa, agar kita kelak tidak menjadi orang yang merugi (QS. Al-A’rof: 23).
0 Komentar untuk "Buah Khuldi, Antara Mitos dan Fakta"