KRITIK USTADZ FIRANDA TENTANG PANDANGAN IMAM SYAFI’IY TERHADAP SUFI

MELURUSKAN PANDANGAN IMAM SYAFI’IY TERHADAP SUFI
Kritik Tulisan Dr. Firanda Andirja, Lc. MA. Ajaran-Ajaran Madzhab Syafi’iy Yang Dilanggar Oleh Sebagian Pengikutnya 10, Celaan Terhadap Sufi Ekstrim


Ust. Dr. Firanda Andirja, Lc, MA. tak henti-hentinya mendiskredikan para pengikut imam Syafi’iy terkait dengan amaliyah-amaliyah yang dilakukan. dalam tulisannya yang bertajuk ‘Ajaran-Ajaran Madzhab Syafi’iy Yang Dilanggar Oleh Sebagian Pengikutnya’, beliau secara terang-terangkan memberikan kritikan terhadap mayoritas umat muslim di Indonesia yang notabenenya mengikuti madzhab Syafi’iy. lihat disini

Tulisan-tulisan beliau yang tidak ilmiah menjadi konsumsi bagi khalayak umum yang masih awam pengetahuan agama. Tidak jarang dari mereka yang tidak bisa membaca kitab kuning, sehingga pada saat Ust. Firanda memaparkan ketidak setujuannya terhadap amaliyah penganus Syafi’iy dengan mengutip pernyataan ulama-ulama Syafi’i mereka akan mudah percaya dan menganggapnya sebuah kebenaran. 

Padahal kalau dikaji ulang, pernyataan-pernyataan beliau hanya berisi tipuan-tipuan public dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah akan kebenarannya. Salah satu diantaranya adalah tulisan beliau yang berjudul “Ajaran-Ajaran Madzhab Syafi’iy Yang Dilanggar Oleh Sebagian Pengikutnya 10, Celaan Terhadap Sufi Ekstrim”

Dalam tulisan panjangnya, beliau mengatakan:

Banyak dari pengikut madzhab Syafi'iyah yang dengan bangganya menyatakan bahwa mereka adalah sufi, atau memuji-muji kaum sufi. Padahal pernyataan-pernyataan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah yang menunjukan pencelaan beliau terhadap pemahaman sufiah.

Diantara celaan-celaan beliau tersebut :

Yunus bin Abdil A'la berkata ;

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
سَمِعْتُ الشَافِعِيَّ يَقُوْلُ لَوْ اَنَّ رَجُلًا تَصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُهْرُ اِلَّا وَجَدْتُهُ أَحْمَقَ
"Aku mendengar Asy-Syafi'i berkata, "Kalau seandainya seseorang menjadi sufi di pagi hari maka belum tiba waktu dzuhur kecuali aku mendapatinya seorang yang pandir" (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Ar-Robii' bin Sulaiman berkata :

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
سَمِعْتُ الشَافِعِيَّ يَقُوْلُ مَا رَأَيْتُ صُوْفِيًّا عَاقِلًا قَطْ اِلَّا مُسْلِمَ الخَوَّاصِ 
"Aku mendengar Asy-Syafi'i berkata, "Aku tidak pernah melihat seorangpun sufi yang berakal kecuali Muslim Al-Khowwaash" (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)


Semua orang sufi dianggap tolol dan dungu oleh Al-Imam Asy-Syafi'i, dan beliau tidak mengecualikan kecuali Muslim Al-Khowwaash.

Tentunya istilah sufi adalah istilah yang tidak ada di zaman para sahabat, oleh karenanya ini merupakan istilah baru, karenanya harus jelas apa maksud Al-Imam Asy-Syafi'i dengan sufi yang beliau cela tersebut.

Jika yang dimaksud dengan sufi adalah suatu kaum yang lebih mendahulukan akhirat daripada dunia maka "sufi" di sini adalah sufi yang baik, dan tentunya para sahabat, para tabi'in, demikian juga para ulama adalah para sufi, termasuk Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah juga adalah seorang ulama sufi. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah imamnya para sufi.

Terlebih lagi sebagian orang menyatakan bahwa istilah sufi diambil dari kata "suffah", yaitu suatu tempat yang terletak di bagian belakang masjid Nabawi yang dahulunya dijadikan tempat tinggal oleh para sahabat yang miskin yang tidak memiliki tempat tinggal. (lihat Talbiis Ibliis li Ibnil Jauzi 3/930) Tentunya bukanlah istilah sufi ini yang dicela oleh Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.


BANTAHAN
Benar apa yang disampaikan oleh Ust. Dr. Firanda Andirja, Lc. MA, bahwa imam Syafi’i mencela dan mengenacam kaum sufi sebagaiman yang termaktub dalam Manaqib Al Imam as-Syafi’iy karya Imam Baihaqi. Namun penting untuk diketahui bahwa yang dicela oleh imam Syafi’iy hanyalah oknum sufi dan bukan sufi yang sesungguhnya.

Di beberapa tempat dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafi’iy karya Imam Baihaqi, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Benar apa yang disampaikan oleh Ust. Firanda bahwa imam Syafi’iy didalam kitab tersebut menyatakan: 

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
سَمِعْتُ الشَافِعِيَّ يَقُوْلُ لَوْ اَنَّ رَجُلًا تَصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُهْرُ اِلَّا وَجَدْتُهُ أَحْمَقَ
Artinya:  Aku mendengar Asy-Syafi'i berkata, "Kalau seandainya seseorang menjadi sufi di pagi hari maka belum tiba waktu dzuhur kecuali aku mendapatinya seorang yang dungu. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Beliau juga mengatakan:

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
سَمِعْتُ الشَافِعِيَّ يَقُوْلُ مَا رَأَيْتُ صُوْفِيًّا عَاقِلًا قَطْ اِلَّا مُسْلِمَ الخَوَّاصِ 
Artinya: Aku mendengar Asy-Syafi'i berkata, "Aku tidak pernah melihat seorangpun sufi yang berakal kecuali Muslim Al-Khowwaash. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Atas dasar inilah, beberapa pihak termasuk Ust. Firanda secara tergesa-gesa menyimpulkan bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi, padahal tidaklah demikian. Sebagaiman yang kami jelaskan diatas, Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut.

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan:

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
قُلْتُ وَاِنَّمَا اَرَادَ بِهِ مَنْ دَخَلَ فىِ الصُوْفِيَّةِ وَاكْتَفَي بِالاِسْمِ عَنِ الْمَعْنَي وَبِالرَسْمِ عَنِ الْحَقِيْقَةِ وَقَعَدَ عَنِ الْكَسْبِ وَاَلْقَى مُؤْنَتَهُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ وَلَمْ يُبَالِ بِهِمْ وَلَمْ يَرْعَ حَقُوْقُهُمْ وَلَمْ يَشْتَغِلْ بِعِلْمٍ وَلَا عِبَادَةٍ كَمَا وَصَفَهُ فِى مَوْضِعٍ أَخَر. 
Artinya: Saya (imam Baihaqiy) berkata: maksud pernyataan imam Syafi’iy diatas adalah orang yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya. ia meninggalkan usaha (tidak bekerja) dan membebankan kesusahannya (kebutuhan hidupnya) kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka. dia tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas jelaslah, bahwa yang dicela oleh imam Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.

Penjelasan imam Baihaqiy ini tepat berada dibawah pernyataan imam Syafi’iy diatas, namun Ust. Firanda tidak mengindahkannya dan menganggapnya seolah-olah tidak pernah ada. Beliau membuang begitu saja penjelasan imam Baihaqiy yang merupakan ulama penerus madzhab Syafi’iy dan hanya menampilkan pernyataan imam Syafi’iy yang mencela kaum sufi. Seolah-seolah beliau ingin mengatakan; ‘imam Syafi’iy yang kalian anut sangat anti terhadap sufiy’.

Yang demikian ini seharusnya tidak perlu dilakukan oleh seorang tokoh sekaliber Ust. Firanda, terlebih lagi jika beliau seorang Doktor. akan sangat fatal jika tulisan beliau dikonsumsi oleh orang awam. Tidak senang terhadap kaum sufi silahkan, tapi jangan sampai membawa opini sesat kepada orang awam.  Tidak setuju terhadap kaum sufi boleh boleh saja, tapi kejujuran ilmiah harus tetap dijaga

Kalau kajian kita lebih diperdalam, kita tentu bertanya-tanya, gerangan apa yang menjadikan imam Syafi’iy membenci para oknum  sufi, yang hanya menggunakan gelar sufi sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya?

Pertanyaan ini akan terjawab dengan memperhatikan pernyataan imam Syafi’iy berikut:

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
سَمِعْتُ اِبرْاَهِيْمَ بنَ الْمَوْلِدِ يَحْكِيْ عَنِ الشَافِعِي اَنَّهُ قَالَ: لَا يَكُوْنُ الصُوْفِيُ صُوْفِيًّا حَتَّى يَكُوْنَ فِيْهِ أَرْبَعُ خِصَالٍ كَسُوْلٌ اَكُوْلٌ نَئُوْمٌ كَثِيْرُ الفُضُوْلِ 
Artinya: Saya (imam Baihaqiy) mendengar Ibrohon ibni al-Maulid menceritakan pernyataan dari imam Syafi’i bahwa beliau menyatakan,”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Atas pernyataan ini, imam Baihaqi menjelaskan:

مناقب الشافعي ، 2/2٠٧)
وَاِنَّمَا اَرَادَ بِهِ ذَمَّ مَنْ يَكُوْنُ مِنْهُمْ بِهَذِهِ الصِفَةِ فَأَمَّا مَنْ صَفَا مِنْهُمْ فِى الصُوْفِيَّةِ بِصِدْقِ التَوَكُّلِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاسْتِعْمَالِ اَدَابِ الشَرِيْعَةِ فِى مُعَامَلَتِهِ مَعَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فىِ الْعِبَادَةِ وَمُعَامَلَتِهِ مَعَ النَاسِ فىِ العَشَرَةِ فَقَدْ حُكِيَ عَنْهُ أَنَّهُ عَاشَرَهُمْ وَأَخَذَ عَنْهُمْ
Artinya: maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah orang dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun orang yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla, dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/207)

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan:

مناقب الشافعي ، 2/2٠8)
صَحِبْتُ الصُوْفِيَّةَ عِشْرَ سِنِيْنَ مَا اسْتَفَدْتُ مِنْهُمْ اِلَّا هَذَيْنِ الْحَرْفَيْنِ: اَلْوَقْتُ سَيْفٌ وَمِنَ الْعِصْمَةِ اَنْ لاَ تَقْدِرَ
Artinya: Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini, ”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (yakni, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat). (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/208)

Dengan demikian, Jelaslah bahwa imam Syafi’i mengambil manfaat (mengambil ilmu) dari para sufi tersebut. Adapun pernyataan beliau yang mencela para sufi, dikarnakan beliau menyaksikan sendiri prilaku para oknum yang mengatasnamakan sufi namun tingkah lakunya jauh dari ajaran sufi. (Manaaqib Asy-Syafi'i li Al-Baihaqi 2/208)


Bahkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah yang merupakan ulama panutan kaum wahabi yang sangat anti terhadap tasawwuf menegaskan:

مدارج السالكين - (ج 3 / ص 129)
قَالَ الشَافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ صَحِبْتُ الصُوْفِيَّةَ فَمَا انْتَفَعْتُ مِنْهُمْ إِلَّا بِكَلِمَتَيْنِ سَمِعْتُهُمْ يَقُوْلُوْنَ اَلْوَقْتُ سَيْفٌ فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ وَنَفْسُكَ إِنْ لمَ ْتَشْغِلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ شَغَلْتَكَ بِالْبَاطِلِ قُلْتُ يَا لَهُمَا مِنْ كَلِمَتَيْنِ مَا أَنْفَعَهُمَا وَأَجْمَعَهُمَا وَأَدَلهَّمُاَ عَلَى عًلُوِّ هِمَّةِ قَائِلِهِمَا وَيَقْظَتِهِ وَيَكْفِي فِي هَذَا ثَنَاءُ الشَاِفِعِي عَلِى طَائِفِةِ هَذَا قَدْرَ كَلِمَاتِهِمْ
Artinya: Imam Syafi’iy berkata: “Aku berteman dengankaum sufi dan tidaklah aku mendapat manfa’at dari mereka kecuali dua kalimat yang aku dengar dari mereka yaitu, “Waktu itu adalah pedang jika kamu mampu memutusnya, jika tidak maka waktu itu yang akan memutusmu. Dan nafsumu jika tidak disibukkan dengan kebenaran, maka akan disibukkan dgn kebathilan”. Aku katakan (Ibnul Qoyyim): “Aduhai sangatlah manfaat dan mencangkup dua kalimat tersebut dan sangat menunjukan atas tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakan dua kalimat tersebut, dan cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada mereka” (Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).

Bahkan imam Syafi’I sendiri memotifasi agar menjadi sufi sebagaiman terekam dengan baik dalam Diwan Imam Syafi’i : 19

فَقِيْهًا وَصُوْفِيًّا فَكُنْ لَيْسَ وَاحِدًا  فَاِنِّي وَحَقُّ اللهِ اِيَّاكَ اَنْصَحُ
فَذَلِكَ قَاسٍ لَمْ يَذُقْ قَلْبُهُ تُقَى  وَهَذَا جَهُوْلٌ كَيْفَ ذُو الْجَهْلِ يَصْلُحُ 
Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu.
Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik

Begitulah pandangan imam Syafi’iy sesungguhnya mengenai tasawuf dan sufi. Hanya saja beberapa pihak yang tidak suka mengenai tasawuf dan sufi yang umumnya adalah orang-orang Wahhabi, termasuk Ust. Dr. Firanda Andirja, Lc, MA, kerap kali melakukan penipuan dan pemelintiran pendapat Imam Asy-Syafi’i mengenai tasawuf.

Padahal faktanya, Imam Syafi’i banyak memuji ahli tasawuf (sufi), bahkan menganjurkan umat Islam untuk menjalani tasawuf. Namun, para pembenci tasawuf dengan sengaja mengutip dalam kitab Imam al-Baihaqi secara tidak utuh demi menyembunyikan kebenaran dan mengedepankan hawa nafsu untuk menyalah pihak yang bersebrangan. Sungguh tindakan tidak terpuji yang tidak seharusnya dilakukan dalam kajian ilmiah oleh seorang Ustadz dengan gelar Doktor didepan namanya.

Sumbermanjing Wetan, 19 Desember 2017 

Bagikan :
+
Previous
Next Post »
3 Komentar untuk "KRITIK USTADZ FIRANDA TENTANG PANDANGAN IMAM SYAFI’IY TERHADAP SUFI"

Klo seandainya imam syafi’i hidup dan disodorkan tulisan ini pasti imam syafi’i tambah marah,ada org yg berani membagi sikap keras beliau kpd sufi,padahal beliau sgt tdk senang sama sufi semuanya.

Abu Abdillah, Semua Yang Saya Tulis Berdasarkan Refrensi Otoritatif dari Ulama Yang Bermadzhab Syafi'iy.

Kami Akan Sangat Senang Jika Ada Refrensi Lain Yg Secara Shorih Membantah Apa Yang Kami Tulis Diatas, Akan Kami Gunakan Sebagai Perbandingan

Yang dicela imam syafi’i itu akidahnya orang orang sufi

 
Copyright © 2015 Rihlatuna - All Rights Reserved
Editor By Hudas
Back To Top