SANAD KEILMUAN NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN PONDOK PESANTREN DI INDONESIA
Urgensitas Sanad
Sanad adalah mata rantai orang-orang yang membawa sebuah disiplin ilmu (Silsilah ar-Rijâl). Mata rantai ini terus bersambung satu sama lainnya hingga kepada pembawa awal ilmu-ilmu itu sendiri; yaitu Rasulullah.
Integritas sanad dengan ilmu-ilmu Islam tidak dapat terpisahkan. Sanad dengan ilmu-ilmu keislaman laksana paket yang merupakan satu kesatuan. Seluruh disiplin ilmu-ilmu Islam dipastikan memiliki sanad. Dan Sanad inilah yang menjamin keberlangsungan dan kemurnian ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu Islam sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuat syari’at itu sendiri; Allah dan Rasul-Nya.
Di antara sebab kebalnya ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah dari berbagai usaha luar yang hendak merusaknya adalah karena keberadaan sanad. Hal ini berbeda dengan ajaran-ajaran atau syari’at nabi-nabi sebelum nabi Muhammad.
Adanya berbagai perubahan pada ajaran-ajaran mereka, bahkan mungkin hingga terjadi pertentangan ajaran antara satu masa dengan masa lainnya setelah ditinggal oleh nabi-nabi yang bersangkutan, adalah karena tidak memiliki sanad. Karena itu para ulama menyatakan bahwa sanad adalah salah satu “keistimewaaan” yang dikaruniakan oleh Allah kepada umat nabi Muhammad, di mana hal tersebut tidak dikaruniakan oleh Allah terhadapumat-umat nabi sebelumnya. Dengan jaminan sanad ini pula kelak kemurnian ajaran-ajaran Rasulullah akan terus berlangsung hingga datang hari kiamat.
Tentang pentingnya sanad, Imam Ibn Sirin, seorang ulama terkemuka dari kalangan tabi’in, berkata:
تَدْريبُ الرَّاوِي في شَرْح تَقْريب النَّواوي - (ج 1 / ص 234)
إنَّ هذا العِلْم دين, فانظرُوا عَمَّن تأخذون دينكُم.
Artinya: Sesungguhnya ilmu [agama] ini adalah agama, maka lihatkan oleh kalian dari manakah kalian mengambil agama kalian”.
Imam ‘Abdullah ibn al-Mubarak berkata:
صحيح مسلم - (ج 1 / ص 39)
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ.
Artinya: Sanad adalah bagian dari agama, jika bukan karena sanad maka setiap orang benar-benar akan berkata -tentang urusan agama- terhadap apapun yang ia inginkan.
Urgensitas sanad tidak hanya berlaku khusus dalam disiplin hadits, atau ilmu-ilmu hadits saja, namun berlaku dalam seluruh ilmu-ilmu agama. Hal ini bisa dibuktikan dengan memperhatikan perkataan Ibn Sirin di atas, beliau tidak mengatakan khusus dalam masalah hadits saja, tetapi beliau mengatakan “al-‘Ilm” artinya secara mutlak mencakup seluruh ilmu-ilmu agama.
Sanad Keilmuan Nahdaltul Ulama (NU) dan Pondok Pesantren di Indonesia
Sebagaimana dijelaskan diatas, urgensitas sanad tidak hanya berlaku khusus dalam disiplin hadits, atau ilmu-ilmu hadits saja, namun berlaku dalam seluruh ilmu-ilmu agama sebagaimana disampaikan oleh Dr. Yusuf Abdul Rahman dalam muqoddimah tahqiq kitab Al-Majma' Al-Mua'assis karya Imam Ibnu Hajar, sebagai berikut:
وَلَعَلَّ أَهَمَّ جَانِبٍ يُصَوِّرُهُ هَذَا الْكِتَابُ هُوَ الْمَنْهَجُ الْاِسْلَامِيُّ لِلْعُلُوْمِ الَذِي كَانَ امْتِدَادًا لِمَنْهَجِ السَلَفِ الصَالِحِ وَالَّذِي يَتَمَثَّلُ بِتَلَقِّي الْعُلُوْمِ عَنِ الشُيُوْخِ وَقِرَاءَةِ الْكُتُبِ عَلَيْهِمْ وَالرَغْبَةِ الشَدِيْدَةِ بِتَحْصِيْلِ العِلْمِ مِنَ الشُيُوْخِ الكِبَارِ وَالرِحْلَةِ اِلَيْهِمْ فِى ذَلِكَ حِرْصًا عَلَى عُلُوِّ الْاِسْنَادِ وَصَفَاءِ الْمَشْرَبِ وَسَلاَمَتِهِ مِنَ الْخَطَأِ وَالزَّيْغِ وَالْاَهْوَاء
Artinya: Adapun di antara sudut terpenting dalam kitab ini adalah berkenaan dengan Manhaj Islami dalam ilmu-ilmu yang mengikut manhaj As-Salaf As-Sholeh, yang tampak dalam bentuk talaqqi ilmu-ilmu dari para ulama',membaca kitab-kitab di hadapan mereka, mendapatkan ilmu daripada mereka dan mengembara kepada merkea untuk tujuan tersebut, untuk mendapatkan ketinggian sanad, kejernihan ilmu, kesejahteraan daripada salah, kesesatan dan hawa. (Muqoddimah Tahqiq Kitab Al-Majma' Al-Mua'assis: I, 7)
Beliau melanjutkan:
لاَ بُدَّ لِطَالِبِ الْعِلْمِ مِنِ اخْتِيَارِ شَيْخٍ يَقْرَأُ عَلَيْهِ وَهَذَا الشَيْخُ يَجِبُ اخْتِيَارُهُ بِحَيْثُ يَكُوْنُ هُوَ قَدْ قَرَأَ هَذَا العِلْمَ عَلَى شُيُوْخِهِ بِالشَرْطِ الْمُعْتَبَرِ عِنْدَ العُلَمَاءِ وَشُيُوْخُهُ قَدْ قَرَأُوْهُ عَلَى شُيُوْخِهِمْ وَهَكَذَا يَتَّصِلُ الْاِسْنَاُد اِلَى مِشْكَاةِ الْاَنْوَارِ وَمَنْبَعِ العُلُوْمِ وَهَادِي البَشَرَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Hendaklah bagi penuntut ilmu memilih seorang guru yang bisa membacakan kitab kepadanya, yang mana guru tersebut dinilai berdasarkan dia pernah membaca ilmu tersebut daripda guru-gurunya dengan syarat yang muktabar di sisi para ulama'.Begitu juga, para gurunya membaca ilmu tersebut daripada guru-guru mereka. Begitulah seterusnya, bersambung sanad tersebut sampai kepada sumber cahaya dan ilmu dan petunjuk kemanusiaan yaitu Rasulullah SAW. (Muqoddimah Tahqiq Kitab Al-Majma' Al-Mua'assis: I, 9)
هَذَا هُوَ السَبِيْلُ الصَحِيْحُ لِطَلَبِ الْعِلْمِ فَالْعِلْمُ بِالتَعَلُّمِ وَلَا يُؤْخَذُ اِلَّا بِالتَلَقِّي مِنْ أَفْوَاهِ الْمَشَايِخِ الَذِيْنَ حَضَرُوْا مَجَالِسَ الْعِلْمِ وَجَالَسُوْا الْاَئِمَّةَ الْكِبَارَ
Artinya: Inilah cara yang benar dalam menuntut ilmu. Karena, ilmu itu dengan belajar dan tidak diambil melainkan dengan bertalaqqi (belajar langsung) dari mulut para ulama' dengan menghadiri majlis-majlis ilmu, bersahabat dengan para ulama' besar. (Muqoddimah Tahqiq Kitab Al-Majma' Al-Mua'assis: I, 9)
Adapun sanad keilmuan Nahdlatul Ulama (NU) dan pondok pesantren di Indonesia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Nabi Muhammad bin Abdillah Rosulillah SAW
2. Abdulloh Ibnu Umar
3. Imam Nafi’
4. Imam Malik bin Anas (Pendiri madzhab Maliki)
5. Imamuna al-Imam al-'Adzom Abi Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy
6. Imam Isma'il bin Yahya al-Muzaniy
7. Imam Abil Qosim Ustman bin Sa'id bin Basysyar al-Anmathiy
8. Imam Abil Abbas Ahmad bin Suraij al-Baghdadiy
9. Imam Abi Ishaq al-Marwaziy
10. Imam Abi Zaid al-Marwaziy
11. Imam Abi Bakr Abdillah al-Qoffal ash-Shoghir al-Marwaziy
12. As-Syaikh Abi Muhammad Abdillahal-Juwainiy
13. Imamul Haromain Abil Ma'aliy Abdul Malik bin Abdillah al-Juwainiy
14. Hujjatul Islam Abi Hamid al-Ghozaliy
15. Imam Umar bin Ismail ad-Damighoniy
16. Abil Ma'aliy Mas'ud bin Muhammad an-Naisabury
17. al-Fakhru Abdur Rohmad bin Muhammad bin Asakir
18. Sulthonul Ulama' Izzuddin Abdil Aziz bin Abdis Salam as-Sullamiy
19. Imam at-Taqiy Muhammad bin Ali bin Daqiqul 'Id
20. an-Najmul Faqih Ahmad bin Muhammad Ibnur Rif'ah al-Mishriy
21. at-Taqiy Ali bin Abdil Kafiy as-Subkiy
22. al-Jamal Abdur Rohim bin al-Hasan al-Asnawiy
23. Sirojuudin Umar bin Mulqin al-Anshoriy
24. al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqollaniy
25. Jalaluddin al-Mahalliy
26. Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshoriy
27. (1) Muhaqqiq Ibnu Hajar al-Haytamiy. (2) Syihabuddin al-Romliy. (3). Jamaluddon al-Romliy. (4). Al-Khotib asy-Syirbiniy
28. (1) Syaikh Ali az-Ziyadiy. (2) Syaikh Muhammad al-Qoshriy
29. (1) Ali bin Ibrohim al-Halabiy. (2) Syaikh Shulthon bin Ahmad al-Muzahiy
30. Syaikh Ahmad al-Bisybisyi
31. Syaikh Ahmad al-Khulaifiy
32. Ustadz Muhammad Salim al-Hifniy
33. Syaikh Abdulloh bin Hijaziy asy-Syarqowiy
34. Syaikh Ustman bin Hasan ad-Dimyathiy
35. Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan
36. (1) al-Allamah Sayyid Abu Bakr bin Muhammad Syatho al-Makkiy. (2) Al-Allamah Syaikh Muhammad Kholil bin Abdil Lathif al-Bankalaniy.
Sayyid Abu Bakr bin Muhammad Syatho al-Makkiy memiliki beberapa murid, antara lain, Al-Allamah al-Faqih Muhammad Mahfudz bin Abdillah bin Abdil Mannan al-Tarmasiy. Al-Allamah al-Faqih Muhammad Mahfudz al-Tarmasiy kemudian memiliki beberapa murid antara lain:
37. (1) Ali bin Abdillah bin Muhammad Arsyad bin Abdillah al-Banjariy. (2) Al-Allamah Muhammad Dimyathiy al-Tarmasiy (saudara Al-Allamah Mahfudz al-Tarmasiy). (3) K. Raden Dahlan Semarang, pakar ilmu Falak (saudara Al-Allamah Mahfudz al-Tarmasiy). (4) Al-Allamah Umar bin Abi Bakr Bin Abdillah bin Umar bin Ali bin Muhammad Bajunaid al-Hadromiy. (5) Al-Allamah al-Muqriy al-Muhaddits Ahmad bin Abdillah bin Muhammad Syihabuddin al-Dimasyqiy. (6) Al-Allamah al-Hafidz Muhammad Habib bin Abdillah bin Ahmad al-Jankiy al-Syanqithiy. (7) Al-Allamah Syaikh Kyai Baqir al-Jawiy. (8) Al-Allamah Syaikh Kyai Baqir bin Muhammad Nur bin Fadlil bin Ibrohim al-Jogjawiy. (9) Al-Allamah Muhammad Abdul Baqiy bin Ali bin Muhammad Mu’in al-Ayyubiy al-Laknawiy. (10) Al-Allamah Muhaddits Umar bin Hamdan bin Umar al-Mahrosiy. (11) Al-Allamah Syaikh Kyai Abdul Muhith bin Ya’qub Surabaya. (12) Al-Allamah Abdul Qodir bin Shobir al-Mandahiliy. (13) Kyai Kholil Lasem. (14) Al-Allamah Syaikh Kyai Ihsan bin Abdillah bin Muhammad Sholih bin Abdirrohman Jampes. (15) Al-Allamah Kyai Baidlowiy bin Abdil Aziz bin Baidlowiy Lasem. (16) Al-Allamah Kyai Shiddiq bin Abdillah bin Sholih bin Muhammad al-Lasamiy al-Jambariy. (17) Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ariy Jombang, Pendiri Nahdaltul Ulama (NU). (18) Al-Allamah Kyai Wahab bin Hasbulloh Jombang. Pendiri Nahdaltul Ulama (NU). (19) Al-Allamah Kyai Dalhar. (20) Al-Allamah Kyai Abdul Muhaimin bin Abdil Aziz Lasem. (21) Al-Allamah Kyai Muhammad Faqih bin Abdil Jabbar Maskumambang. (22) Al-Allamah Kyai Nawawiy Pasuruan. (23) Al-Allamah Kyai Abbas Bunten Cirbon.
Sedangkan Syaikhonan Muhammad Kholil Bankalan memiliki banyak murid-murid, antara lain:
37. (1) KH. Muhammad Hasan Sepuh, pendiri pondok pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo. (2) KH. Hasyim Asy’ari, pendiri pondok pesantren Tebuireng, Jombang Pendiri Nahdaltul Ulama (NU). (3) KH. Abdul Wahab Hasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang.. (4) KH. Bisri Syansuri, pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang. (5) KH. Manaf Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. (6) KH. Ma'sum, Lasem, Rembang. (7) KH. Munawir, pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta. (8) KH. Bisri Mustofa, pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang. (9) KH. Nawawi, pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. (10). KH. Ahmad Shiddiq, pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Jember. (11) KH. As'ad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Asembagus, Situbondo. (12) KH. Abdul Majjid Batabata, Pamekasan. (13) KH. Toha, pendiri Pondok Pesantren Batabata, Pamekasan. (14) KH. Abi Sujak, pendiriPondok Pesantren Astatinggi, Kebunagung, Sumenep. (15) KH. Usymuni, pendiri Pondok Pesantren Pandian, Sumenep. (16) KH. Zaini Mun'im, Paiton, Probolinggo. (17) KH. Khozin, Buduran, Sidoarjo. (18) KH. Abdullah Mubarok, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. (19) KH. Mustofa, pendiri Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan. (20) KH. Asy'ari, pendiri Pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari, Bondowoso (21) KH. Sayyid Ali Bafaqih, pendiri Pondok Pesantren Loloan Barat, Bali. (22) KH. Ali Wafa, Tempurejo, Jember. (23) KH. Munajad, Kertosono, Nganjuk. (24) KH. Abdul Fatah, pendiri Pondok Pesantren Al-Fattah, Tulungagung. (25) KH. Zainul Abidin, Kraksaan, Probolinggo. (26) KH. Zainuddin, Nganjuk. (27) KH. Abdul Hadi, Lamongan. (28) KH. Zainur Rasyid, Kironggo, Bondowoso. (29) KH. Karimullah, pendiri Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso. (30) KH. Muhammad Thohir Jamaluddin, pendiri Pondok Pesantren Sumber Gayam, Madura. (31) KH. Hasan Mustofa, Garut. (32). KH. Raden Fakih Maskumambang, Gresik. (33) KH. As'ad Samsul Arifin, pengasuh pondok pesantren Asembagus, Situbondo. (34). KH. Bukhori bin Isma’il. (35) dll
Jika kita perhatian dari diagaram ditas, kita akan dapati KH. Hasyim As’ariy dan KH. Wahab Hasbulloh yang merupakan salah satu diantara beberapa tokoh yang mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sanad keilmuan yang bersambung dengan Rosululloh saw. Begitu pula dengan pondok pesantren yang ada di Nusantara, pada umumnya pondok pesantren yang ada di Indonesia memiliki transmisi keilmuan (sanad) yang tidak jauh dari dari daftar nama-nama yang telah kami sebutkan.
Sebut saja pondok pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi Malang, tempat penulisan menimba ilmu. KH. Yahya Syabrowi yang merupakan pendiri pertama berguru kepada KH. Khozin, Buduran, Sidoarjo (17) dan KH. Bukhori bin Isma’il (35).
Dari KH. Yahya Syabrowi inilah kemudian lahirlah beberapa ulama antara lain;
38. KH. Khozin Yahya dan KH. Mursyid Alifi (masyayikh Raudlatul Ulum)
39. pengasuh pondok pesantren Raudlatul Ulum I
40. para santriwan dan santriwati pondok pesantren Raudlatul Ulum I.
demikianlah sanad keilmuan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan pondok pesantren di Indonesia. Jika ada kesalahan nama atau penjelsan diatas, kami mohon masukan untuk selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan
0 Komentar untuk "SANAD KEILMUAN NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN PONDOK PESANTREN DI INDONESIA"