Nuzulul Qur’an 17 atau 27 Romadlon?




Ramadlan adalah bulan ibadah, dimana pahala segala amal dilipatgandakan, bahkan ditetapkan jenis ibadah wajib khusus bagi seluruh umat Islam untuk dilaksanakan hanya pada bulan itu, yaitu puasa. Dengan segala fasilitas dan motivasi seperti itu terbuka kesempatan sangat lebar bagi setiap muslim untuk mensucikan dirinya sedemikian rupa hingga putih bersih sebagaimana saat kelahirannya.

Bulan Ramadlan adalah bulan paling istimewa dibanding sebelas bulan lainnya yang terdapat dalam sistem penanggalan qomariyah. Dari prespektif historis, kita dapati pada dipilihnya Ramadlan sebagai waktu terjadinya berbagai peristiwa penting, baik yang dihubungkan dengan risalah Islam maupun berbagai hal lainnya.

Salah satu yang paling popular dalam konteks ini adalah bahwa al-Qur’an diturunkan (nurul al-Qur’an) pada bulan Romadlon. Dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh: 185, Alloh berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Artinya: bulan Romadlon adalah bulan dimana al-Qur’an diturunkan (QS. Al-Baqoroh: 185)

Di Indonesia sendiri, peristiwa turunnya al-Qur’an (nurul al-Qur’an) diperingati pada tanggal 17 Ramadlan. Namun peringatakan ini mungkin menimbulkan pertanyaan bagi sebagian orang, mengapa nuzul al-Qur’an diperingati pada tanggal 17 Ramadlan? Bukankah dalam surat al-Qodr disebutkan bahwa Alloh menurunkan al-Qur’an pada malam Lailatul Qodar yang biasanya diperingati pada malam ganjil tanggal 20 keatas?

Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pertama kali al-Qur’an diturunkan, dinyatakan dalam kitab Subul al-Hady wa al-Rosyad fi Siroh Khoir al-Ibad karya al-Sholihiy al-Syamiy:

واختلف في الشهر. فقيل شهر رمضان في سابع عشره وقيل سابعه. وقيل رابع عشره. وقال الحافظ: ورمضان هو الراجح لما سيأتي من أنه الشهر الذي جاور فيه في حراء فجاءه الملك. وعلى هذا يكون سنه حينئذ أربعين سنة وستة أشهر. وقيل في سابع عشر شهر رجب. وقيل في أول شهر ربيع الأول. وقيل في ثامنه. وعند أبي داود الطيالسي ما يقتضي أن مجئ جبريل لرسول الله عليهما الصلاة والسلام في حراء كان في آخر شهر رمضان. قال الحافظ: ولعله الراجح. سبل الهدى والرشاد في سيرة خير العباد - (ج 2 / ص 225)
Artinya: ulama berbeda pendapat mengenai bulan diturunkannya al-Qur’an, ada yang berpendapat pada bulan Romadlon, tepatnya pada tanggal 17, pendapat lain menyatakan tanggal 7, dan adapula  yang berpendapat tanggal 14. Al-Hafil Ibnu Hajar al-Asqollaniy mengatakan: pendapat yang menyatakan awal turunnya al-Qur’an pada bulan Romadlon adalah pendapat yang paling kuat, berdasarkan penjelasan yang akan dibahas pada bab yang akan datang, dimana disitu disebutkan bahwa bulan Romadlon adalah bulan dimana nabi berada didalam gua Hiro kemudian di datangi oleh malaikat. Berdasarkan pendapat ini, maka usia nabi pada saat turunnya al-Qur’an pertama adalah 40 tahun lebih 6 bulan. Adapula yang berpendapat, awal turunnya al-Qur’an pada tanggal 17 bulan Rajab, pendapat lain menyatakan pada awal bulan Robi’ul Awal, dan ada pula pendapat yang menyatakan tanggal 8 Robiul Awal. Keterangan Abu Dawud al-Thoyalisiy mengarah pada kesimpulan bahwa datangnya malaikat Jibril pada Rosululloh saw di gua Hiro’ terjadi pada akhir bulan Romadlon. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqollaniy mengatakan, pendapat terakhir ini adalah pendapat yang paling kuat.

Keterangan diatas memberikan gambaran kepada kita mengenai perbedaan pendapat tentang awal turunnya al-Qur’an, yang bisa disimpulkan sebagai berikut: 17, 14, 7 Romadlon, 17 Rojab, awal bulan Robiul Awal,  8 Robiul Awal dan 10 terakhir bulan Romadlon. Dari beberapa pendapat ini, menurut ahli hadits Ibnu Hajar al-Qosllaniy,  yang paling kuat adalah pendapat yang menyatakan awal turunnya al-Qur’an terjadi pada 10 terakhir bulan Romadlon.

Namun Ibnu Asyur memberikan penilaian berbeda, menurut hasil kajian beliau terhadap riwayat-riwayat yang ada, mayoritas riwayat tersebut menunjukkan awal turunnya al-Qur’an terjadi pada tanggal 17 Romadlon. Hal ini dinyatakan oleh beliau dalam al-Tahrir wa al-Tanwir sebagai berikut:

وأكثر الروايات أن الليلة التي أنزل فيها القرآن على النبي صلى الله عليه وسلم كانت ليلةَ سَبْع عشرة من رمضان. التحرير والتنوير - (ج 30 / ص 458)
Artinya: mayoritas riwayat yang ada menunjukkan, malam dimana al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad saw adalah malam 17 Romadlon

Bahkan Muhammad bin Afifi yang dikenal dengan syaikh al-Khudloriy menunjukkan data lebih spesifik. Hal ini dinyatakan oleh beliau dalam Nur al-Yaqinnya sebagai berikut:

لمّا بلغ عليه الصلاة والسلام سن الكمال وهي أربعون سنة أرسله الله للعالمين بشيراً ونذيراً ليُخرجهم من ظُلمات الجهالة إلى نور العلم وكان ذلك في أول فبراير سنة 610 من الميلاد كما أوضحه المرحوم محمود باشا الفلكي، تبين بعد دقة البحث أَنَّ ذلك كان في 17 رمضان سنة 13 قبل الهجرة وذلك يوافق يوليو سنة 610. نور اليقين فى سيرة سيد المرسلين - (ص 25)
Artinya: pada saat nabi Muhammad mencapai usia sempurna, yakni 40 tahun. Alloh mengangkat beliau sebagai Rosul untuk seluruh alam, baik dengan cara memberikan kabar bahagia maupun berbentuk ancaman, tujuannya adalah untuk mengentaskan manusia dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu pengetahuan. Hal itu terjadi pada awal februari 610 masehi, sebagaimana dijelaskan oleh al-Marhum Mahmud Basya al-Falakiy. Namun setelah dikaji lebih teliti dan mendalam, peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Romadlon tahun 13 sebelum hijriyyah. Dan hal itu bertepatan dengan bulan Juli.

Ulama yang berpendapat awal turunnya al-Qur’an (nuzul al-Qur’an) pada tanggal 17 Romadlon bertendensikan ayat ke 41 surat al-Anfal yang menyebutkan bahwa ‘Alloh menurunkan kitab al-Qur’an kepada nabi Muhammad bersamaan dengan peristiwa perang Badar’. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Asyur sebagai berikut:

واختلف في الليلة التي ابتدىء فيها نزول القرآن على النبي صلى الله عليه وسلم من ليالي رمضان ، فقيل : هي ليلة سبعَ عشرة منه ذكره ابن إسحاق عن الباقر أخذاً من قوله تعالى : { إن كنتم آمنتم بالله وما أنزلنا على عبدنا يوم الفرقان يوم التقى الجمعان } [ الأنفال : 41 ] فإن رسول الله صلى الله عليه وسلم التقى هو والمشركون ببدر يوم الجمعة صبيحة سبعَ عشرة ليلة من رمضان اه . أي تأول قوله : { وما أنزلنا على عبدنا } [ الأنفال : 41 ] أنه ابتداء نزول القرآن. التحرير والتنوير - (ج 25 / ص 278)
Artinya:  ulama berbeda pendapat mengenai malam yang menjadi awal diturunkannya al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw pada bulan Romadlon. Ada yang berpendapat, al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam 17 bulan Romadlon. Pendapat ini dinyatakan oleh Ibnu Ishak dengan mengutip pendapat imam al-Baqir dengan berlandaskan firman Alloh surat al-Anfal:41 : “apabila kalian beriman kepada Alloh dan kepada kitab yang telah kami turunkan kepada hambaku (Muhammad) pada hari Furqon, yakni di hari bertemunya dua pasukan”. Rosululloh saw bertemu (bertempur) dengan orang-orang musyrik di tanah Badar pada hari jum’at dinihari tepat pada tanggal 17 Romadlon. Yakni dengan mengartikan ayat “kitab yang telah kami turunkan kepada hambaku” dengan awal turunnya al-Qur’an.

Maksud bersamaan dengan peristiwa ‘perang badar’ diatas, bukan berarti awal turunnya al-Qur’an bersamaan dengan peristiwa perang Badar, melainkan awal turunya al-Qur’an memiliki tanggal yang sama dengan peristiwa perang Badar. Sebab, sebagaimana terekam dalam data sejarah, peristiwa perang Badar terjadi 14 tahun pasca Muhammad diangkat menjadi nabi, (Nur al-Yaqin fi Siroti Sayyid al-Mursalin: 106). sehingga sudah bisa dipastikan, sebelum peristiwa tersebut terjadi nabi Muhammad sudah mendapatkan wahyu berkali-kali.

Selain menjadikan ayat ke 41 surat al-Anfal sebagai tendensi tanggal 17 Romadlon sebagai awal turunnya al-Qur’an (nuzul al-Qur’an), para ulama yang berpendapat demikian ini memperkuat pula pandangannya dengan pernyataan sahabat Zaid bin Arqom, dalam al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thobroniy disebutkan:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ ، حَدَّثَنَا سَلْمُ بن جُنَادَةَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بن الْحُبَابِ ، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ ، حَدَّثَنِي حَوْطٌ الْعَبْدِيُّ ، قَالَ : سَأَلْتُ زَيْدَ بن أَرْقَمَ ، عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ ، فَقَالَ : مَا أَشُكُّ وَمَا أمتري أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ ، لَيْلَةَ نُزُولِ الْقُرْآنِ ، وَيَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ . المعجم الكبير للطبراني - (ج 5 / ص 131)
Artinya:  Hauth al-Abdiy berkata: saya bertanya kepada Zaid bin Arqom mengenai lailatur qodar? Dia menjawab: “saya tidak ragu dan tidak pula bimbang, lailatul qodar terletak pada malam ke 17, yakni malam turunnya al-Qur’an dan hari bertemunya dua pasukan.

Pernyataan sahabat Zaid bin Arqom diatas, memperkokoh pendapat yang menyatakan tanggal 17 Romadlon merupakan awal turunnya al-Qur’an. Disebutkan pula bahwa imam Abu Ja’far al-Baqir berpendapat, wahyu pertama kali diturunkan kepada Rosululloh saw bertepatan dengan hari senin tanggal 17 bulan Romadlon, hal ini sebagai mana ditutukan oleh Ibnu Katsir dalam karyanya al-Bidayah wa al-Nihayah sebagai berikut:

وروى الواقدي بسنده عن أبي جعفر الباقر أنه قال: كان ابتداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين، لسبع عشرة ليلة خلت من رمضان. البداية والنهاية - (ج 3 / ص 11)
Artinya:  al-Waqidiy meriwayatkan melalui matarantai sanad hingga Abi Ja’far al-Baqir, dimana al-Baqir berkata: “permulaan wahyu kepada Rosululloh saw bertepatan dengan hari senin tanggal 17 bulan Romadlon”.

Sedangkan maksud dari ayat 1 surat al-Qodr:

إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر
Artinya: sesungguhnya kami menurunkan al-Qur’an pada Lailatul Qodar. (QS. Al-Qodr: 1)

dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut:

النوع السادس عشر في كيفية إنزاله فيه مسائل. الأولى: قال الله تعالى - شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن - وقال - إنا أنزلناه في ليلة القدر - اختلف في كيفية إنزاله من اللوح المحفوظ على ثلاثة أقوال: أحدها وهوالأصح الأشهر: أنه نزل إلى سماء الدنيا ليلة القدر جملة واحدة، ثم نزل بعد ذلك منجماً في عشرين سنة أوثلاثة وعشرين أوخمسة وعشرين على حسب الخلاف في مدة إقامته صلى الله عليه وسلم بمكة بعد البعثة. أخرج الحاكم والبيهقي وغيرهما من طريق منصور عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال: أنزل القرآن في ليلة القدر جملة واحدة إلى سماء الدنيا. القول الثاني: أنه نزل إلى سماء الدنيا في عشرين ليلة قدر، وثلاث وعشرين أوخمس وعشرين في كل ليلة ما يقدر الله إنزاله في كل السنة، ثم أنزل بعد ذلك منجماً في جميع السنة. القول الثالث: أنه ابتدأ إنزاله في ليلة القدر ثم نزل بعد ذلك منجماً في أوقات مختلفة من سائر الأوقات وبه قال الشعبي. قال ابن حجر في شرح البخاري: والأول هو الصحيح المعتمد. الإتقان في علوم القرآن - (ج 1 / ص 44)
Artinya:  terdapat perbedaan pendapat mengenai cara diturunkannya al-Qur’an dari lauh mahfudz, yaitu ada tiga pendapat sebagai berikut: Pertama, pendapat yang paling kuat dan paling popular, yaitu al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan sekaligus kelangit terendah pada malam Qodar (Lailatul Qodar), setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun, karena perbedaan pendapat mengenai lamanya nabi Muhammad saw. tinggal di Mekkah setelah beliau menjadi nabi. Kedua, al-Qur’an diturunkan kelangit terendah satu tahun sekali sebanyak jatah yang akan diturunkan kepada nabi Muhammad saw dalam waktu satu tahun itu secara berangsur-angsur. Dan yang demikian itu selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun. Ketiga, al-Qur’an diturunkan pertama kali pada malam Qodar (Lailatul Qodar), setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur pada waktu yang berbeda. Kata Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bariy Syarh Shohih al-Bukhoriy, “pendapat yang pertama itulah yang shohih dan dinilai kuat”.

Dengan mengacu pada pendapat pertama yang dinilai shohih dan kuat oleh Ibnu Hajar, maka jelaslah tidak ada kontradiksi antara awal turunnya al-Qur’an (nuzul al-Qur’an) kepada nabi Muhammad di gua Hiro’ dengan ayat ke 1, surat al-Qord diatas. Sebab yang dimaksud dengan nurulul Qur’an adalah waktu pertama kali nabi Muhammad mendapatkan wahyu al-Qur’an dari Alloh melalui malaikat Jibril. Sedangkan maksud dari ayat ke 1, surat al-Qordr adalah diturunkannya al-Qur’an dari Lauh Mahfudz kelangit terendah pada waktu Lailatul Qodr, bukan diturunkannya al-Qur’an kepada nabi Muhammad untuk pertama kalinya.

Kendatipun pendapat yang menyatakan awal turunnya al-Qur’an (nuzul al-Qur’an) kepada nabi Muhammad tepat pada tanggal 17 Romadlon dinilai lebih kuat oleh Ibnu Asyur, namun bukan berarti pendapat beliau adalah pendapat yang paling benar sedang pendapat yang lain salah, sebab sebagaimana yang saya jelaskan diatas, para ulama berbeda pendapat mengenai awal turunnya al-Qur’an. semua ulama memiliki dasar pijakan masing-masing yang memperkuat pendapatnya. Namun setidaknya, dengan penjelasan Ibnu Asyur ini, tradisi peringatan nuzulul Qur’an (awal turunnya al-Qur’an) yang biasa dilaksanakan oleh mayoritas umat islam Indonesia pada tanggal 17 bulan Romadlon memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan.

Menutup pembahasan kali, akan kami kutipkan pernyataan Abu al-Robi’ tentang bagaimana sikap kita menghadapi perbedaan pendapat diantara para ulama yang dimasa sekarang mulai luntur.

والرجل أولى منا بأن يصيب ويسلم إلا أنه لا ينكر أن يغلط هذا البشر ونعوذ بالله أن نقصد بهذا الاعتداد على ذي علم أو الغض من ذي حق فإن العلماء هم آباؤنا الأقدمون وهداتنا المتقدمون بأنوارهم نسري فنبصر ونستبصر وإلى غاياتهم نجري فطورا نصل وأطوارا نقصر فلهم دوننا قصب السبق ولهم علينا في كل الآحوال أعظم الحق إذا أصابوا اعتمدنا وإذا أخطأوا استفدنا وإذا أفادوا استمددنا فجزاهم الله عنا أفضل الجزاء ووفقنا لتوفية حقوق الأئمة والعلماء . الاكتفاء بما تضمنه من مغازي رسول الله والثلاثة الخلفاء - (ج 1 / ص 167)
Artinya: para ulama lebih layak dari pada kita dalam hal kebenaran pendapat dan  diterima pernyataanya. namun tidak dapat diingkari, beliau adalah manusia biasa yang mungkin saja salah. Aku berlingdung kepada Alloh agar tujuan saya melakukan ini bukanlah untuk menginvasi pendapat seorang ulama yang berilmu, atau mereduksi seorang ulama yang lebih berhak dalam hal ini. Sebab para Ulama adalah para pendahulu dan panutan kita, dengan cahaya keilmuannya, kita bisa berada dijalan yang benar dan berkatnya pula, kita bisa melihat dan memperlihatkan kebenaran. Kita hanya menempuh sejauh apa yang mereka capai, kita hanya bisa sampai pada beberapa tahap yang pernah mereka gapai, mereka adalah pemenang perlombaan (orang-orang yang lebih hebat) dari pada kita. Dalam setiap hal, mereka adalah orang yang paling memiliki hak yang paling besar bagi kita. Tatkala mereka benar, kita pegang teguh pendapatnya, tatkala mereka salah, kita dapat mengambil manfaatnya, tatkala mereka memberikan manfaat, kita dapat memetiknya. Semoga Alloh memberikan balasan yang besar kepada mereka karna telah memberikan banyak hal kepada kita. Dan semoga Alloh memberikan kita taufik agar kita bisa memenuhi hak para imam dan ulama.


REFRENSI
Abu al-Robi’, Sulaiman bin Musa. Al-Iktifa’ bi Ma Tadlommanahu min Maghozi Rosulillah wa al-Tsalasah al-Khulafa’. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah
Al-Khudloriy, Muhammad bin Afifiy, Nur al-Yaqin fi Siroh Sayyid al-Mursalin. Damaskus: Dar al-Faiha’.
Al-Syamiy, Muhammad bin Yusuf, Subul al-Hady wa al-Rosyad fi Siroh al-Khoir al-Ibad. Libanon: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah
Al-Thobroniy, Sulaiman bin Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir. CD. Maktabah Syamilah
Ibnu Asyur, Muhammad al-Thohir, al-Tahrir wa al-Tanwir. Tunisia: al-Dar al-Tunisiyyah li al-Nasyr
Ibnu Katsir, Abu al-Fida’ Ismail. Al-Bidayah wa al-Nihayah. Bairut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arobiy
Jalaluddin, al-Suyuthiy, al-Itqon fi Ulum al-Qur’an. CD. Maktabah Syamilah
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Nuzulul Qur’an 17 atau 27 Romadlon?"

 
Copyright © 2015 Rihlatuna - All Rights Reserved
Editor By Hudas
Back To Top